Senin, 14 Februari 2011

cara belajar yang baik

CARA BELAJAR YANG BAIK BUAT REMAJA SEKOLAH

Belajar buat remaja masa sekolah sangatlah penting sekali karena itu untuk bekal dimasa depan dan dalam hal belajar ini perlunya suasana yang tenang , karena dalam suasana demikan remaja dapat berkonsentrasi, memusatkan pikiran pada pelajaran yang hendak di pelajari dan suasana yang tenang itu membuat semangat belajar jadi lebih giat . Maka Jika ingin melakukan cara belajar terbaik itu :


  • Paling efektif jika dilakukan pada waktu subuh dimana suasananya masih tenang hingga bisa lebih kosentrasi dalam memahami pelajaran.


  • Usahakan ketika baru bangun tidur jangan langsung belajar, tetapi mencuci muka atau langsung mandi, dan jika beragama islam lakukan sholat subuh terlebih dahulu jangan lupa berdoa agar mendapat ilmu yang bermanfaat.


  • Dan lakukan beberapa gerakan badan atau senam kecil seperti menggerak-gerakkan tangan, kaki dan leher secara perlahan agar badan segar. Hal ini agar pikiran mudah menangkap apa yang akan dipelajari karena dgn badan yang segar pikiran mampu mencerna apa yang sedang dipelajari.




  • Nah jika rekan remaja dapat melakukannya secara rutin tentu saja dapat membawa hasil yang baik dan memuaskan. Selamat belajar, tunjukkan pada dunia kitalah generasi terhebat abad ini.

    Kamis, 10 Februari 2011

    hidup yang begitu berarti

    Hidup itu begitu indah
    Hidup itu begitu menawan
    Hidup itu begiru berarti jika kamu punya tujuan
    Hidup itu begitu indah jika kamu punya keinginan
    Hidup itu begitu menawan jika kamu berhasil mendapatkan tujuan dan keinginan
    Ah…, betapa sia-sia jika kita hidup tidak punya tujuan dan keinginan

    Betapa lemah diri kita jika kita merasa hidup ini biasa-biasa saja
    Betapa miskin diri kita jika kita merasa hidup ini tak menghasilkan apa-apa

    Sungguh hanya diri kita yang bisa merubah hidup ini
    Hanya diri kita yang mampu mengendalikan hidup ini
    Hanya diri kita yang bisa mebuat hidup begitu indah
    Ternyata aku baru merasakan bahwa hidup itu begitu berarti

    Sabtu, 22 Januari 2011

    introspeksi diri

    Introspeksi diri
    Beberapa waktu lalu saya searching untuk mencari referensi mengenai bagaimana cara Instrospeksi Diri. Ingin sekali tau arti dan cara untuk Introspeksi Diri secara ilmiah. Banyak sekali referensi pengertian tantang referensi diri, akan tetapi yang membuat saya tersentuh yaitu artikel dari Sdr Erwin Ariyanto, berikut kutipannya:
    Sebuah kapal yang akan berlayar pasti membutuhkan petunjuk arah. Namun tak kalah pentingnya adalah selalu mengetahui posisi yang benar ketika di lautan lepas. Karena sedikit kekeliruan membuat kapal tersesat dan kehilangan arah. Demikian halnya kehidupan kita. Secara berkala kita perlu evaluasi. Ada banyak peristiwa di mana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi diri. Bercermin untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pribadi, agar dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. Introspeksi diri sangat diperlukan karena : Proses tidak selalu berjalan konstan. Pengalaman yang serupa tidak selalu memberi hasil yang sama. Selalu ada keterbatasan dan perbedaan sudut pandang. Tiap masalah memiliki titik kritis tersendiri.
    Melalui introspeksi diri kita akan mampu menemukan makna dari setiap tujuan yang kita miliki dan akan semakin memastikan, apakah tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya sudah terarah atau belum. Karena Sering kita melihat kesalahan orang lain bahkan mengkritik kesalahan yang dibuat orang lain, sadarkah kita bahwa kita pun sering berbuat salah, melalu cara intropeksi diri sendiri kita dapat memahami kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.
    Rasanya lebih enak mengomentari orang ya.. banyak komentator atau belum lagi banyak pemerhati yang menanggapi tentang orang lain ini tanpa mengetahui bahwa orang yang mengomentari orang lain dirinya belum tentu dalam keadaan lebih baik dari orang yang di komentari.
    Introspeksi Diri juga perlu dalam melihat jauh ke dalam diri anda, menanyakan langsung ke diri anda apakah anda sudah berhasil mencapai apa yang anda inginkan, apakah cita-cita anda sudah terlaksana, apakah diri anda sudah dalam track yang benar. dengan introspeksi diri kita bisa tau apakah kita sudah melakukan sesuatu, melakukan perubahan yang lebih baik, menyadari tindakan kita sudah tepat. Terkadang kita terlena dalam pemikiran “Santai Aja nanti juga akan terlaksana sendiri ” / ” Kan saya sudah baik” tanpa pernah mau benar-benar memikirkan keadaan yang sebenenarnya terjadi dalam diri anda.
    Dengan Intropeksi diri anda dapat mengevaluasi, Kata-kata, Impian kita, Sikap kita, Tindakan kita, dan Pemikiran kita ke arah yang lebih baik, dan hal-hal tersebut memiliki kekuatan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dalam hidup anda. Apa yang anda katakan, fikirkan, dan kerjakan. Itu yang Anda dapatkan dalam hidup anda.
    Jangan pernah ragu untuk instropeksi diri anda, karena anda memang membutuhkan hal itu, dengan introspeksi diri anda seperti berdiri diatas cermin, melihat keadaan diri anda sendiri, dan coba lah untuk jujur saat anda melakukan introspeksi diri anda, agar anda mendapat gambaran yang sesungguhnya dari diri anda.
    Perlu diingat pemikiran anda akan lebih menarik pengalaman-pengalaman untuk membenarkan apa yang anda percayai, bukan apa yang anda miliki konsep introspeksi dirilah sebagi controler dalam kehidupan anda. Introspeksi diri yang paling baik adalah yang paling jujur. Soal teknik, intinya kita harus tau dulu apa yang benar, baru bisa mengenali apa yang salah, lalu bagaimana cara melakukan introspeksi diri,
    1. Memahami kelemahan pribadi. Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan. Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
    2. Agenda introspeksi. Kapan dan apa saja dalam diri kita yang perlu dievaluasi? Pertama, sebelum melakukan sesuatu. Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang mau membangun menara pasti akan memperhitungkan anggaran biayanya. Introspeksi dalam hal langkah awal yang harus dilakukan, bagaimana rencana dan kesanggupan atau sumber-sumber yang kita miliki. Kedua, ketika sedang melakukan sesuatu. Introspeksi diperlukan untuk mencegah agar tidak terlanjur lebih jauh lagi jika ternyata ada kekeliruan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah metode dan cara, asumsi dan pandangan, pengetahuan dan keahlian yang digunakan. Proses antisipasi titik kritis dan langkahlangkah perbaikan jika diperlukan. Ketiga, setelah melakukan sesuatu. Pengalaman selalu merupakan guru yang terbaik. Introspeksi diri berguna untuk tindakan perbaikan atau recovery jika terjadi kekeliruan. Atau menjadi pembelajaran agar kelak kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
    3. Proses menuju pribadi yang lebih baik. Introspeksi diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Tetapi bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit melakukan introspeksi diri cenderung bersikap kekanak-kanakan. Karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri.
    Instropeksi diri adalah melihat ke dalam diri sendiri, Nah pada waktu melihat diri sendiri inilah kita harus benar-benar jujur untuk menghasilkan introspeksi diri yang tepat. Dan setelah itu mulailah hidup baru perbaiki kesalahan lalu, berpikirkan ke depan dengan segala sesuatu yang baik. Maka jadikan hari ini sebagai momentum diri menjadi pribadi yang sukses dan benar dengan introspeksi diri.
    “Jujurlah pada diri sendiri, Salah katakan salah, dan benar katakan benar, lakukan introspeksi untuk kebaikan diri anda bukan orang lain”
    Demikian kutipannya, buat temen-temen dan saya sendiri khususnya, cara ini bagus sekali untuk dicoba, karena dengan introspeksi diri kita dapat mengembangkan diri kita.

    apa itu berpikir

    Start to Write

    Apa itu kerangka berpikir?

    Posted in About My Mind by eecho on October 29, 2008
    Tulisan ini menanggapi pertanyaan saudara sangga pada postingan what is genious mean?
    Kerangka berpikir berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman. Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
    Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah (informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.
    Saya ambil sebuah contoh, karena dengan contoh ini dapat dengan mudah kita memahami apa itu kerangka berpikir. Pada SMA saya memiliki sebuah teman yang banyak sekali membaca buku tentang konsep-konsep islam dan juga umum. Saya agak ‘terhibur’ (membuat saya tersenyum), setiap kali dia membaca sebuah buku dia akan dengan semangat menceritakan pemahaman dia sesuai dengan yang dia baca. Tetapi yang lucu bagi saya adalah, pemahamannya seakan ‘berubah-ubah’ sesuai dengan buku apa yang dia baca terakhir. Apa yang terjadi pada teman saya tersebut dikarenakan dia belum memiliki kerangka berpikir sehingga apa yang dia ketahui sebenarnya hanya penggalan-penggalan informasi. Walaupun begitu saya salut dengan dia karena dia memiliki wawasan yang luas, sayang tidak dibingkai dengan sebuah kerangka berpikir.
    Kemudian bagaimana mengetahui kita telah memiliki kerangka berpikir?
    Seperti yang saya jelaskan diatas, kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman apa yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Saya akan jelaskan dengan contoh lagi.
    Ketika dulu saya belajar mengenai kimia di SMA pada kelas 1, saya benar-benar tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh guru, sehingga mendapat nilai < 6 bukan suatu perkara yang aneh :D . kemudian pada kelas 2, secara ‘iseng’ teman saya mengajak saya tuk mengikuti olimpiade kimia, terima kasih buat teman saya tersebut. Pada soal-soal olimpiade ternyata saya mendapat sebuah pertanyaan yang lebih fundamental dan tidak terkesan ‘book oriented’ seperti di sekolah, tapi lebih bersifat analisis dan filosofis. Dari hal itu saya mulai menyadari ‘kerangka berpikir’ mengenai kimia. Sesungguhnya hampir semua konsep kimia seperti reaksi kimia, kesetimbangan, laju reaksi, larutan, pH, dll ditopang oleh konsep stoikiometri. Konsep Mol, atom keterkaitannya dengan ikatan-ikatan kimia antar atom dan molekul mendasari semua konsep-konsep kimia. Dari pemahaman yang baik mengenai kerangka berpikir kimia tersebut, membuat saya dapat dengan cepat mencerap informasi-informasi/konsep-konsep baru dalam hal kimia, dapat dengan mudah mengkaitkan konsep baru tersebut dengan kerangka berpikir yang telah terbentuk.
    Walaupun begitu kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, bisa jadi kerangka berpikir itu memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Pada saat olimpiade kimia di SMA, saya benar-benar ‘mentok’ dengan pembahasan mekanisme reaksi. Dengan konsep mol atau atom yang saya pahami sebelumnya, ternyata tidak bisa saya korelasikan sama sekali dengan konsep mekanisme reaksi. Sama seperti kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan fisika klasik, maka konsep yang harus kita pahami untuk menciptakan kerangka berpikir adalah hukum-hukum newton, pengaruh gaya terhadap percepatan (F = ma) dan teman-temannya. Tetapi ketika masalah yang ditemukan kemudian adalah permasalahan fisika modern einstenian, dibutuhkan sebuah kerangka berpikir yang lain untuk menyelesaikannya.
    Seperti saat saya memahami keislaman saya dengan benar, maka hal yang harus dipecahkan sebelumnya adalah pemahaman yang paling mendasar bagi setiap manusia “dari mana saya, whats the meaning of my existence in this world, dan akan kemana saya setelah mati” setelah pemahaman tersebut didapatkan maka saya telah membentuk sebuah kerangka berpikir mengenai konsep ketuhanan, konsep itu yang akan menopang keyakinan akan konsep-konsep selanjutnya, seperti konsep monoteisme dan al-qur’an sebagai wahyu dari sang pencipta. Atau dalam tataran fiqh islam dikenal yang namanya ushul fiqh, pada dasarnya fiqh praktis maupun ushul fiqh keduanya bersumber dari al-qur’an dan asunnah, sama-sama sebuah pemahaman. Tetapi dengan ushul fiqh, kita dapat memiliki suatu acuan yang jelas untuk dapat menghasilkan fiqh praktis melalu proses ijtihad.
    Harus diingat kerangka berpikir pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting saya jelaskan, karena kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula. Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir tersebut. Saya ingin mengambil contoh orang-orang JIL (Jaringan Islam Liberal) yang jika disimak, ternyata dia menggunakan dalil al-qur’an dan assunnah tetapi dengan kerangka berpikir ‘kebebasan akal/penafsiran’, sehingga semakin banyak dalil yang dia miliki, dapat semakin banyak pula kesimpulan salah yang dia hasilkan.
    Kemudian saya ingatkan pula kerangka berpikir itu layaknya sebuah pondasi pada sebuah rumah, pondasi tanpa atap, jendela, atau pintu sungguh suatu rumah yang tidak sedap dipandang, tidak dapat menaungi sang pemilik rumah, dan tidak memberikan kenyamanan. Atap, jendela, atau pintu dapat diibaratkan sebagai pemahaman-pemahaman turunan yang dihasilkan oleh kerangka berpikir tersebut. Semakin banyak ilmu/pengetahuan yang didapat dan dikaitkan dengan kerangka berpikir tersebut dan semoga diamalkan, maka semakin lengkaplah atap, jendela, atau pintu rumah tersebut. Tetapi sebaliknya banyaknya ilmu/pengetahuan tanpa didukung oleh kerangka berpikir yang kuat, bagaikan seorang penghuni rumah yang mewah tetapi selalu gelisah karena dia khawatir pondasi rumahnya akan hancur walau oleh sedikit goncangan.
    Tetapi sangat sayang sekali, untuk menciptakan kerangka berpikir bagi saya membutuhkan waktu, fasilitas dan usaha yang cukup keras. Sedangkan tuntutan pendidikan saat ini justru tidak melihat hal tersebut, banyaknya materi yang harus dipahami dan hanya dalam waktu singkat ditambah dengan minimnya fasilitas baik alat maupun pendidik, menjadi suatu hal yang sangat…sangaaaat sulit bagi kebanyakan orang untuk menciptakan kerangka berpikir. Oleh karena itu banyak materi-materi kuliah yang dijalani hanya sebatas informasi jangankan membentuk sebuah kerangka berpikir, mengubah informasi tersebut menjadi sebuah pemahaman saja sudah syukur alhamdulillah. (dosen : alasan aja, kuliahnya aja jarang, gimana bisa ngerti toh mas…, mahasiswa : hehe)
    Oleh karena itu kadang-kadang banyak orang memulai ‘belajar’ untuk menciptakan kerangka berpikir tersebut justru pada saat dia telah bekerja, karena pada saat bekerja dia bertemu fakta permasalahan secara langsung, dia coba kaitkan dengan teori-teori yang pernah dia pahami, kemudian dari beberapa kali usahanya menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut barulah dia mendapatkan pemahaman. Dari pemahaman-pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan sebenarnya apa yang mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.
    Close Sections
    ………………………..Sebelum baca ini, lupakan dulu statement2 diatas, :D , biar clear aja
    Kalau sebuah pembahasan terasa semakin kompleks dan membingungkan, kemudian kita sulit untuk mengikutinya, maka lebih baik kita ‘back to the big picture’. Pada intinya adalah:
    1. Pemahaman apa sih yang mendasari konsep XYZ? or
    2. Apa sih sebenarnya akar permasalahan dari masalah XYZ?

    struktur perkembangan manusia

    PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
    Dalam kehidupan manusia ada dua proses perubahan yang berlangsung secara kontinu, yaitu “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses sini tidak bisa dipisahkan secara pilah berdisri sendiri, akan tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaan kedua istilah tersebut.
    Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya, tentang sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmanai lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat difahami sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
    Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ  jasmaniah, bukan organ-organ itu sendiri. Jadi penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan merupakan proses perubahan sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.
          Menurut Nagel (1975) perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasi dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karen tiu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
    Secara garis besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :

    1.   Aliran Nativisme
             Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh anaknya.
             Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan. Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.

    2.   Aliran Empirisme
             Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 – 1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”. Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya.
             Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh  pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
             Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.

    3.   Aliran Konvergensi
             Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
             Pada umumhnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.
             Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang jelek  ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
    PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
    Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip antara lain:
    1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
    2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus.
    3. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula pada perkembangan berikutnya.
    4. Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.

    Senin, 10 Januari 2011

    psikologi belajar

    Ringkasan Buku Psikologi Belajar

    Buku ini merupakan buku ajar yang dimaksudkan untuk mendampingi dan mengantarkan mahasiswa mengikuti proses perkuliahan psikologi, terutama psikologi belajar. Dapat pula dipakai sebagai acuan atau referensi yang harus dibaca mahasiswa. Isinya singkat dan padat.

    Isi Buku terdiri dari delapan bab. Setiap bab selalu didahului dengan tujuan pembelajaran dan diakhiri dengan pemantauan hasil belajar.
    Tujuan pembelajaran dimaksudkan sebagai pemandu usaha pemahaman melalui belajar, dan pemantauan hasil belajar dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelajar untuk mengetahui seberapa banyak materi ajar yang telah dikuasai.

    Bab I berisi pengertian tentang belajar itu apa, definisinya bagaimana dan kapan terjadi;
    Bab II berisi konsep dan teori belajar, apa fungsi teori belajar bagi orang yang memelajarinya, siapa tokoh atau pakar pencetusnya;
    Bab III sampai VII membicarakan inti dari pokok pikiran atau konsep para ahli teori belajar.
    Terakhir, Bab VIII, membahas konsep yang mulai berkembang pada tahun 1990-an tentang usaha manusia dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar untuk menghadapi tantangan masa